MEDAN, Waspada.co.id – Tokoh masyarakat, Prof Dr dr Ridha Dharmajaya Sp.BS (K) menyinggung kondisi masyarakat Medan saat yang masih menghadapi sejumlah problematika.
Bagaimana banjir, stunting, pengangguran, akses pendidikan, kesehatan hingga tindakan kriminal seperti begal menurutnya masih menjadi momok yang mengkhawatirkan.
Hal itu disampaikan Prof Ridha dan juga guru besar fakultas kedokteran USU, saat hadir di acara uji publik bakal calon walikota Medan yang diinisiasi oleh Media eks Ketua BEM Kota Medan yang tergabung di dalam kelompok yang diberi nama Arah Indonesia, di salah satu kafe di Kota Medan, Sabtu (29/6) petang.
Di hadapan ratusan mahasiswa yang terdiri dari 8 perguruan tinggi di kota Medan tersebut, Prof Ridha mengaku gelisah dengan kondisi masyarakat Medan saat ini.
“Terutama narkoba. Seluruh kecamatan di Kota Medan yang kita datangi problematikanya adalah narkoba. Para orang tua menganggap selama narkoba tak mengganggu anaknya mereka cuek bahkan takut untuk melaporkan. Tanpa mereka sadari narkoba bakal mengancam kehidupan anak mereka,” ungkap Prof Ridha.
Sebagai sosok yang mendapat dorongan kuat dari masyarakat untuk maju sebagai walikota Medan, Prof Ridha tentu memiliki sejumlah gagasan dalam upayanya melakukan perubahan ke arah perbaikan untuk kota Medan.
Dirinya mengusung tiga program utama yakni Medan Sehat, Medan Pintar dan Medan Sejahtera.
“Ada nasi hangat di setiap meja keluarga di Kota Medan itu harus dipastikan, jangan sampai ada warga yang tidak makan. Sehat itu diawali dengan makan yang cukup. Itu artinya berbicara sehat makan dah selesai. Medan sehat secara fisik dan jasmani,” ungkapnya.
Prof Ridha melanjutkan jika hari ini Medan punya program Universal Health Coverage (UHC) dalam memberikan kemudahan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
“Tapi perlu penguatan yang lebih jauh dengan UHC. Tidak sekadar dilayani tapi bagaimana terlayani dan melayani dengan benar. Itu dua hal yang berbeda,” katanya.
Selain itu Prof Ridha juga menilai perlu kehangatan di tengah keluarga. Banyak yang merasakan kehilangan harapan dari keluarga itu.
“Adik-adik sibuk di media sosial tapi pada hakikatnya di dunia nyata adik kesepian. Adik perlu teman untuk kehangatan itu kembali ke tengah keluarga. Sehat secara fisik, secara mental dan sehat secara jasmani itu Medan sehat yang pertama,” sebutnya.
Belum lagi berbicara tentang Medan sehat dalam hal kualitas pelayanan.
“Saat ini kita kita kehilangan ratusan Triliyun karena orang-orang berobat ke luar negeri. Kita belum punya effort atau usaha maksimal. Kita punya dua rumah sakit daerah di kota Medan saat ini Pirngadi dan Bakhtiar Jafar tapi itu belum bisa melayani dan memberikan kepuasan terhadap masyarakat kota Medan,” ucapnya.
“Harusnya kita bisa lihat ini sebagai momentum menguntungkan. Bayangkan ada Nande di kaki gunung Sinabung yang jarang ke Medan namun saat dia ke Medan hanya sekadar belok ke Kualanamu untuk naik pesawat berobat ke luar negeri. Memang ada masalah tapi ada sebuah peluang di situ. Dengan begitu kita tau ada pasar buat pelayanan kesehatan yang tingkatnya premier dan itu jawabannya bukan sekedar UHC atau BPJS kita perlu membuat rumah sakit standar internasional yang bisa diandalkan di Medan,” sambungnya lagi.
Sehingga menurutnya tak terkesan rumah sakit di Medan berebut kue BPJS seperti yang hari ini mayoritas ditunjukkan di hampir seluruh rumah sakit di kota Medan.
Kedua lanjutnya Medan pintar. Dirinya menilai perlu memastikan anak-anak lulusan sekolah di Medan itu mempunyai kualitas yang sama.
“Karena kita mau membuat anak-anak kota Medan percaya bahwa pendidikan dapat merubah kualitas hidup. Berapa banyak akses pendidikan terbuka tapi tidak terisi.
Bisa karena kualitas pelayanan pendidikan kurang baik atau bisa jadi masyarakat sekarang apatis akan pendidikan hari ini. Itu harus dinaikan bahwa anak generasi muda kita bisa berubah dan bisa menang ke depannya dengan pendidikan,” ujarnya.
Maka hanya dengan itu sambungnya, masyarakat bisa meningkatkan kualitas pendidikan dan juga kualitas generasi muda untuk menang 2045 sebagai generasi emas.
Terakhir Medan Sejahtera. Bagaimana agar cocok antara kebutuhan tenaga ketja dengan apa yang bisa dihasilkan oleh pemuda-pemudanya.
Selain itu juga bagaimana pemberian bantuan kepada UMKM. Sejauh ini dirinya melihat Perbankan sama sekali tidak tertarik dengan UMKM.
“Kenapa? Karena memberikan pinjaman 10 miliar dengan memberikan pinjaman 10 juta itu capeknya sama. Pegawai bank membuat proposal capeknya sama tapi keuntungan lebih besar dengan memberikan pinjaman 10 M. Bagaimana membuat ini lebih menarik kita harus mencari pinjaman. Kita harus membuat aturan baru pinjaman kepada UMKM agar lebih produktif,” sebutnya.
“Untuk kawasan tertentu seperti Belawan yang banyak nelayan kita harus berikan treatmen. Khusus hari ini nelayan adalah profesi dengan angka kemiskinan tertinggi. Kita gak bisa tutup mata dengan itu, ada problem subsidi BBM yang susah didapat. Ada problem zona tangkap oleh nelayan besar dan problem harga pasar yang jatuh saat ikan dibawa ke pasar. Nah kondisi inilah yang menjadi perhatian saya jika nantinya dipercaya menjadi walikota,” ucapnya mengakhiri. (wol/rls/ags/d2)
Discussion about this post