TARUTUNG, Waspada.co.id – Pemerintah siap membangun kembali rumah milik korban banjir bandang di Desa Sarulla, Kecamatan Pahae Jae, Kabupaten Tapanuli Utara, baru-baru ini.
Pendataan dibutuhkan untuk memetakan tingkat kerusakan yang terjadi pada masing-masing rumah warga, dengan catatan berada di atas tanah milik warga sehingga dapat diketahui berapa besar kebutuhan untuk rehabilitasi, atau pembangunan kembali rumah yang rusak parah.
Demikian diungkapkan Ketua DPC Partai Gerindra Tapanuli Utara Dr Erikson Sianipar, Rabu (22/1). Selain terus berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan di daerah, ia menjelaskan bahwa satu hari sebelum pertemuan Kemensos-DPRD Taput, lewat partainya Gerindra telah melakukan komunikasi dengan Kemensos RI agar menerima kedatangan delegasi DPRD Taput.
“Ya, kemarin memang kita melakukan komunikasi dengan DPRD Taput yang sedang berada di Jakarta. Saya juga melakukan komunikasi dengan pejabat di Kementerian Sosial, termasuk kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial Robben Rico,” katanya.
Bersama sejumlah rekan lainnya (DPRD Taput), Erikson menyampaikan kondisi terkini pasca banjir bandang kepada pejabat di Kementerian Sosial. Pertemuan itu diharapkan dapat membuka jalan untuk pemulihan, antara lain pendirian dapur umum di Sarulla bagi warga yang terdampak dan pemberian satu unit mobil bantuan dari Kementerian Sosial.
Dalam pertemuan itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial menawarkan pembangunan kembali rumah bagi masyarakat terdampak dengan catatan harus direkomendasi pemerintah daerah dan berada diatas tanah masyarakat pemilik rumah (tidak bermasalah).
“Itu tadi, Kemensos menawarkan rumah dibangun diatas tanah milik warga. Tapi, bantuan harus lewat inventarisasi yang mendetail dulu dari Pemda terkait, siapa saja yang layak mendapatkan bantuan pembangunan rumah baru,” ujar Erikson, mengutip apa yang disampaikan Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial Robben Rico saat bertemu di ruang rapat Kementerian Sosial.
Dikatakan, pemerintah pusat dan daerah dalam menangani bencana Sarulla harus dengan cara korektif dan preventif. Sedangkan upaya pemulihan dilakukan dalam jangka menengah dan panjang.
“Ini menyangkut keberlanjutan hidup warga Pahae Jae yang terdampak bencana dan pemulihan lingkungan, agar peristiwa tidak terulang kembali. Maka, tidak cukup ditangani oleh satu pihak kementerian atau badan pusat saja,” jelasnya.
Lagi pula menurut Erikson, penanganan dan pemulihan Sarulla harus menyertakan tidak saja satu kementerian saja, tapi semua yang terkait, agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
“Itu yang kita dorong ke pusat ke depan, agar peristiwa serupa tidak terjadi lagi dan semua pihak bisa melakukan diskusi terkait mitigasi bencana Sarulla,” tandasnya.
Secara terpisah, Sekretaris DPRD Taput Tohom Silaban ST MSi, Kamis (23/2), membenarkan keberangkatan 18 Anggota DPRD ke Jakarta bertemu dengan pejabat di Kementerian Sosial. Mereka berupaya agar segera dilakukan pemulihan pasca bencana banjir bandang di Sarulla.
“Ketua delegasinya Wakil Ketua DPRD Taput Dedy Hendra Hutabarat SH bersama 17 anggota DPRD Taput yang merupakan gabungan komisi,” jelasnya.

Ia mengungkapkan keberadaan delegasi ‘gemuk’ selama lima hari di Jakarta guna melakukan konsultasi dan koordinasi terkait Penanggulangan Bencana Hidrometeorologi di Taput dan Strategi Pemerintah dalam Menanggulangi Bencana Alam dengan melakukan studi tiru ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor dan BPBD Kota Bogor. Hasil kunjungan diharapkan akan diterapkan di Taput untuk me-mitigasi bencana.
Kondisi Desa Sarulla Terkini
Sementara itu, kondisi Sarulla dan lima desa lainnya di Kecamatan Pahae Jae, masih belum stabil, meskipun perlahan-lahan telah dilakukan pembenahan sisa material banjir. Kondis Sungai Aek Sarulla belum normal, masih keruh. Di sisi lain, mayoritas warga Sarulla bergantung kepada sungai untuk kebutuhan air minum, mandi dan cuci dan kebutuhan lain.
Warga sekitar merasa was-was, khawatir akan terjadi banjir bandang susulan setelah kejadian 29 Desember 2024 lalu. Menjawab kekhahwatiran ini, upaya penjelajahan secara mandiri dilakukan warga untuk memastikan apa sebenarnya yang terjadi di hulu sungai atau bagian atas hutan gunung.
Beberapa orang diberangkatkan menyusuri hulu sungai (sumber air), namun karena peralatan seadanya, mereka hanya sampai setengah jalan atau beberapa kilometer lagi sebelum tiba di hulu sungai, tepatnya dari Dusun Sarulla Dolok.
Kondisi di Sarulla juga terjadi di sejumlah desa sekitarnya. Ditemukan banyak material pohon tumbang dengan diameter yang cukup besar telah mengendap di lahan-lahan produktif warga.
“Kita mempertimbangkan medan yang harus dilalui dari hilir ke hulu, jika tetap mengikuti badan sungai dari Sarulla. Tentu sangat berisiko. Kami merencanakan kembali melakukan ekspedisi dari hulu ke hilir yang akan bergerak dari titik Kecamatan Pangaribuan, untuk memastikan kondisi yang sebenarnya di lokasi hutan di atas sana,” ujar SWD Pasaribu, warga Sarulla. (wol/jps)
Editor AGUS UTAMA
Discussion about this post