MEDAN, Waspada.co.id – Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mendukung Muhammad Bobby Afif Nasution dan Surya sebagai Bacalon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut pada Pilkada serentak tahun 2024.
PKS kini, bergabung dengan koalisi ‘gemuk’ dengan mendukung Bobby Nasution, bersama Partai Gerindra, Golkar, NasDem, Demokrat, PAN dan PKB.
PKS pun, meninggalkan Edy Rahmayadi, yang sebelumnya di Pilkada Sumut 2018, lalu. PKS merupakan salah satu pendukung mantan Pangkostrad itu, bersama Musa Rajekshah.
Pengamat Politik Sumut, Rafriandi Nasution mengatakan bahwa PKS dengan mendukung Bobby Nasution di Pilgub Sumut 2024, memberi pancingan kecil, untuk mendapatkan dampak politik besar di jajaran pusat, di Jakarta.
“Itu sebagai pancingan kecil, ibarat nelayan memakai umpan cacing. Tapi, mengharapkan ikan hiu. Sementara di kapal kita sudah banyak ikan, ikan gabus, ikan gembung, dan lain-lain,” kata Rafriandi kepada wartawan, di Kota Medan, Senin (5/8).
Rafriandi mengatakan PKS harusnya merawat simpatik publik yang selama ini dibangun saat Pilpres 2024, dengan mendukung Anies Rasyid Baswedan. Seharusnya, di Pilgub Sumut PKS memberikan dukungan Edy Rahmayadi selaku mantan Ketua Pemenang Amin di Sumut.
“Harusnya PKS bisa merawat simpati publik, kecintaan masyarakat dengan PKS itu sudah semakin tumbuh dan berkembang, apalagi dia bisa bisa merawat hubungannya dengan mendukung Anies di Jakarta, itu memberikan pengaruh efek ke seluruh indonesia,” jelasnya.
Akademisi dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) itu, melempar narasi ke publik, bahwa Edy Rahmayadi diduga tidak sanggup penuhi rekomendasi yang disampaikan PKS untuk pencalonan tersebut. Termasuk, 9 poin dalam kesepakatan itu.
“Karena narasi-narasi yang dibangun PKS selama ini, tidak relevan lagi, setelah dia (PKS) mendukung Bobby,” ujarnya.
Tapi, Rafriandi berpandangan berbeda. Bahwa Edy Rahmayadi bukan tidak sanggup memenuhi rekomendasi itu. Namun, Mantan Pangkostrad itu, mengamankan terlebih dahulu rekomendasi ditugaskan PDI Perjuangan. Karena, partai berlambang banteng itu, tanpa berkoalisi bisa mengusung sendiri calonnya di Pilgub Sumut.
“Jadi, kemudian PKS tidak sabar, inikan urusan pusat dengan pusat, artinya kalau PKS sabar, tinggal minta petunjuk dari Sekjen Hasto PDIP. Jadi, ada ketidak sabaran PKS, padahal dalam islam kan diajarkan bersabar, orang-orang yang sabar akan diberikan kemenangan,” ungkapnya.
Rafriandi mengungkapkan arti memancing pakai cacing berharap dapat ikan hiu. Dengan mengusung Bobby Nasution di Pilgub Sumut, PKS berharap diajak dan masuk dalam Pemerintahan dibawah kepemimpinan Prabowo Subianto dan Gibran nantinya.
“Saya bilang itu terlalu tergesa-gesa, atapun memancing pakai cacing dengan berharap tangkapan hiu, artinya dengan mendukung Bobby berharap Prabowo-Gibran akan mengajak PKS masuk di koalisi pemerintahan,” ujarnya.
Pasca PKS mendukung Bobby Nasution, Rafriandi menyampaikan saran, Edy Rahmayadi tetap fokus dengan PDIP dan sejumlah partai politik, yang belum menentukan sikap di Pilgub Sumut 2024 ini.
Rafriandi menilai bahwa Edy Rahmayadi memiliki infrastruktur pengalaman di Pilgub Sumut 2018 dan menjabat sebagai Gubernur Sumut periode 2018-2023. Hal itu, menjadi poin plus dimiliki dibandingkan Bobby Nasution masih berada di tingkat Kota Medan saja, dalam memimpin pemerintahan.
“Saya kira, pak Edy secara kalkulasi bisa menang, kenapa saya bilang menang? Karena, Pak Edy sudah membentuk tim susksesnya sejak tahun 2018. Tim suksenya itu ada di parpol dan dijaringan simpul simpul masyarakat, kemudian dia terpilih jadi Gubernur,” pungkasnya. (wol/man/d2)
Editor AGUS UTAMA
Discussion about this post