MEDAN, Waspada.co.id – Setelah libur panjang akhir pekan kemarin, ada sejumlah agenda ekonomi penting yang membuat pelaku pasar justru kian pesimis bahwa akan ada pemangkasan bunga acuan The FED di bulan Maret mendatang.
Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin, menuturkan hal ini setidaknya dikarenakan oleh sikap sejumlah pejabat The FED di akhir pekan kemarin yang lebih hati-hati dengan rencana penurunan bunga acuan.
“Ditambah lagi data klaim pengangguran AS yang sedikit lebih rendah dari ekspektasi. Data tersebut kian memudarkan ekspektasi pasar. Sementara itu, China kembali merilis deflasi sebesar 0,8 persen secara tahunan pada bulan Januari. Kondisi ini membuat pelaku pasar kian mengkuatirkan kinerja perekonomian China, meskipun secara bulanan kemarin China merealisasikan inflasi sebesar 0,3 persen,” tuturnya, Senin (12/2).
Minimnya sentimen pasar pada perdagangan hari ini, ditambah dengan kinerja bursa di Asia yang sempat mengalami tekanan di akhir pekan sebelumnya, mendorong peluang kemungkinan terjadinya tekanan pada pasar saham ditanah air pada hari ini. Meski demikian, IHSG di sesi pembukaan perdagangan pagi ditransaksikan menguat di level 7.268.
“Sementara itu, mata uang rupiah ditransaksikan menguat di level 15.610 per US Dolar nya di sesi perdagangan pagi. Dan harga emas ditransaksikan melemah di level $2.023 per ons troy. Kinerja pasar keuangan secara keseluruhan masih dibayang ketidakpastian yang bisa berujung pada volatilitas diluar ekspektasi pasar. Dalam sepekan kedepan ada banyak momen penting seperti Pemilu yang bisa saja membuat pasar bergerak dalam volatilitas yang tinggi,” ungkapnya.
Selain itu, ada juga data inflasi AS serta indeks kepercayaan konsumen tanah air yang juga akan dirilis.
“Sejumlah agenda ekonomi penting tersebut memberikan kekuatiran yang besar terhadap kemungkinan pergerakan pasar yang bisa bergerak liar,” tandasnya. (wol/eko/d1)
Editor: Ari Tanjung
Discussion about this post