Oleh:
Permata Sari
Waspada.co.id – Anak berbakat adalah anak yang ditunjukkan dengan kemampuan tingkat kecerdasaan atau kemampuan umum (g factor) di atas rata-rata. Konsep ini diperkuat dengan teori faktor, bahwa kemampuan individu dapat dikatagorikan menjadi dua, yaitu kemampuan khusus (s factor) dan kemampuan umum (g factor).
Secara statistik anak berbakat akademik (ABA) di manapun berada menunjukkan angka yang banyak. ABA akan berarti bagi dirinya dan orang lain jika mereka dapat berkembang optimal. Di samping ada yang sudah berhasil mengembangkan diri secara optimal, di antara mereka tidak sedikit yang memerlukan bantuan konseling. Ada sejumlah isu konseling bagi AB di antaranya, (1) pemikir yang divergent, (2) Eksitabilitas, (3) Sensitivitas, (4) Perseptiveness,
(5) Entelechy, (6) self-concept, (7) counseling with parents, And (8) underachievement.
Untuk membantu dalam menghadapi isu-isu penting Itu, sangat diperlukan konseling sosialpersonal, konseling akademik, dan Konseling karir. Ketiga layanan konseling ini sangat diperlukan secara simultan, Sesuai dengan kebutuhan.
Model dan strategi konseling yang dapat dikembangkan untuk ABA adalah pendekatan terapetik, strategi preventif, dan strategi pengembangan. Pilihan strategi sangat ditentukan oleh kebutuhan Layanan konseling bagi ABA, sehingga hasilnya optimal. Untuk dapat Mewujudkan layanan konseling yang efektif, maka konseling harus dilakukan Oleh konselor yang profesional.
1. Identifikasi Anak Berbakat (Gifted) & Bertalenta
Anak-anak berbakat dan bertalenta Merupakan seorang anak yang diidentifikasi oleh Orang yang memiliki keahlian sehingga mampu Mencapai kinerja puncak karena kemampuannya yang luar biasa. Seorang anak yang Berkemampuan kinerja tinggi termasuk mereka Yang menunjukkan prestasi dan kemampuan Potensial di salah satu bidang berikut: Kemampuan kecerdasan umum, bakat akademis Khusus, pemikiran kreatif atau produktif, Kemampuan kepemimpinan dan pertunjukan Visual dan seni.
Individu yang berbakat dan Bertalenta adalah mereka yang memberikan bukti Kemampuan kinerja tinggi di bidang-bidang Seperti intelektual, kreatif, artistik, kapasitas Kepemimpinan, atau bidang akademik tertentu Dan yang membutuhkan layanan dan kegiatan Yang tidak biasa disediakan oleh sekolah untuk Mengembangkan kemampuan stuch secara Penuh.
Identifikasi anak gifted merupakan hal yang perlu Dilakukan mengingat keberadaan anak gifted khususnya Di skeolah reguler seringkali tidak mendapatkan Perhatian khusus, sehingga anak-anak gifted tidak dapat Menegembangkan potensinya dengan optimal, dan berdampak pada munculnya perilaku maladaptif dan Anak akan menunjukkan kondisi underachiver, di mana Anak pada dasarnya memilki kemampuan kognitif yang Tinggi akantetapi hasil belajarnya rendah. Batasan anak berbakat secara umum adalah “mereka yang karena memiliki kemampuan-Kemampuan yang unggul mampu memberikan prestasi Yang tinggi”.
Istilah yang sering digunakan bagi anak-Anak yang memiliki kemampuan-kemampuan yang Unggul atau anak yang tingkat kecerdasannya di atas Rata-rata anak normal, diantaranya adalah; cerdas, Cemerlang, superior, supernormal, berbakat, genius, Gifted, gifted and talented, dan super. Daniel P. Hallahan dan James M. Kauffman (1982; 376).
Seorang anak berbakat atau sangat cerdas Memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi, sekitar 125-140 pada tes kecerdasan. Tingkat bakat di Bawah tingkat jenius, di atas tingkat puncak. Anak gifted disebut dengan istilah anak cerdas Istimewa berbakat istimewa yang memiliki Intelligence Quotient (IQ) ataupun tingkatan Kecerdasan yang lebih dari wajar ialah Intelligence Quotient (IQ)nya berkisar 120140.Selain itu, ia juga memiliki bakat khusus atau luar Biasa, terutama musik, drama, keterampilan dan Keahlian dalam memimpin masyarakat (Khumaidi, Wibowo, & Asriyah, 2019).
2. Perencana Pendidikan Anak Berbakat dan Bertalenta
Pendidikan terhadap anak Berbakat ini ada beberapa model yang dapat Digunakan, yaitu; pengayaan, percepatan, dan segregasi.
a. Pengayaan (enrichment) Dalam model enrichment ini anak mendapatkan Pembelajaran tambahan :1) ecara vertikal; Cara ini untuk memperdalam salah satu atau sekelompok mata pelajaranntertentu. 2)Secara horizontal; Anak diberi kesempatan untuk memperluas pengetahuan dengan Tambahan atau pengayaan yang berhubungan dengan pelajaran yang sedang dipelajari.
b. Percepatan (scceleration) Secara konvensional bagi anak yang memiliki Kemampuan superior dipromosikan untuk naik Kelas lebih awal dari biasanya.
c. Segregasi Anak-anak berbakat dikelompokkan ke dalam satu Kelompok yang disebut “ability grouping” dan Diberi kesempatan untuk memperoleh pengalaman Belajar yang sesuai dengan yaitu: 1) Sekolah khusus, (2) Kelas khuus, dan (Terintegrasi dalam kelas reguler atau normal dengan perlakukan khusus. Model pertama dan ke dua nampaknya banyak mengundang kritik, karena cenderung eksklusif dan elit, sehingga bisa menimbulkan kecemburuan sosial. Kedua sistem ini hanya bisa dilakukan untuk bidang-bidang tertenu saja.
Fahrle, Duffi dan Schulz (1985) dalam DediSupriadi (1992; 23) mengemukakan bahwa Program pendidikan untuk anak-anak berbakat harus Memberikan kepada anak-anak dua macam Pengalaman yang bernilai sosial. Pertama mereka Harus memiliki kesempatan untuk bergaul secara luas Dan wajar dengan teman-teman sebayanya. Kedua Program pendidikan untuk anak-anak berbakat harus Menyediakan peluang kepada peserta didik untuk Secara intelektual tumbuh bersama rekan-rekan Sebayanya.
3. Teknik Konseling Anak Berbakat
Piirto (1994), Colangelo (2002), dan Milgram (1991) mengemukan bahwa secara Umum model dan strategi konseling bagi ABA dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Konseling terapetik
Konseling terapetik dimaksudkan untuk memberikan perlakuan terhadap Persoalan yang dihadapi oleh ABA, baik itu berkenaan dengan persoalan sosial-Pribadi, akademik, maupun karir. Adapun strategi yang sering menunjukkan Efektivitas yang tinggi bagi penyelesaian persoalan ABA, di antaranya sebagai Berikut: pengelompokan dengan teman sebaya, menstrukturkan sistem, Pembuatan jejaring, konseling/diskusi kelompok, terapi pustaka, pemberian Model tokoh keagamaan, mentorship, pemagangan, konseling sebaya, konseling Keluarga, konseling individual, dan kelompok pendukung.
2. Konseling preventif
Konseling preventif dimaksudkan untuk memberikan perlakuan terhadap ABA Dengan berorientasi pada pencegahan akan terjadinya persoalan yang akan Muncul di kemudian hari. Adapun strategi yang sering dijadikan pilihan, di Antaranya: perencanaan akademik yang sesuai, mencegah perkembangan Kelainan prilaku, mencegah underachievement, mencegah konflik Sosial/akademik, menaruh perhatian terhadap kebutuhan afektif terhadap Populasi khusus, perencanaan karir, dan menghindari dampak terhadap Keluarga.
3. Konseling perkembangan
Konseling perkembangan dimaksudkan untuk memberikan layanan konseling Yang berorientasi pada dukungan terhadap pemenuhan kebutuhan ABA untuk Tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi dan kondisinya. Adapun strategi yang dilakukan di antaranya: memahami kekuatan dan kelemahan, penerimaan diri dan pengakuan terhadap keterbatasan ABA, komitmen untuk memelihara kemampuan ABA, pengembangan internal locus of Control, penerimaan kesalahan sebagai pengalaman belajar.
Lalu keterampilan Mengatasi konflik, keterampilan pemecahan masalah, kesadaran, pemahaman dan penerimaan terhadap orang lain, keterampilan berkomunikasi, keterampilan kepemimpinan dan pembuatan keputusan, pengetahuan tentang teknik pengurangan stress, dan kemampuan memandang dirinya sendiri dan kejadian dengan humor.
Pilihan model konseling sangatlah tergantung pada kepentingan konseling, apakah konseling dimaksudkan untuk melakukan pencegahan, melakukan penanganan dan penyelesaian, atau melakukan pengembangan. Artinya kehadiran konseling bagi ABA sangat dinantikan pada saat kapanpun, sehingga tidak ada hari bagi ABA tanpa kebutuhan konseling, karena layanan konseling diperlukan oleh siapapun dan dalam kondisi apapun.
Discussion about this post