MEDAN, Waspada.co.id – Pentingnya pendidikan di era digital saat ini menjadi salah satu upaya untuk terus mendorong para pelajar semakin berkembang dan maju dalam berpola pikir serta sebagai upaya menanggulangi kebodohan.
Pendidikan yang bagus juga harus dibarengi dengan sistem belajar yang mumpuini dan juga terunsur untuk menghasilkan para pelajara yang terpelajar, seperti yang dilakukan Tumbur Simangunsong, M.Pd (43) salah seorang guru yang mengajar di UPTD SMPN 1 Silau Laut, Kecamatan Silau Laut, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara yang menerapkan sistem belajar MIKIR atau merupakan singkatan dari Mengalami, Interaksi kepada siswanya berpartisipasi dalam program Tanoto Foundation.
Guru yang disapa Pak Tumbur tersebut sudah mengabdi di UPTD SMPN 1 Silau Laut selama 15 yahun dan memiliki banyak pengalaman yang cukup banyak. Menurutnya menjadi soerang guru yang terpenting adalah selalu mengedepankan prinsip sabar dalam mendidik dan tekad untuk lahirkan para siswa berprestasi.
“Pengalaman saya selama di sekolah ini sudah banyak, sebagai guru saya berhadapan dengan murid dari berbagai latar belakang, karakter yang berbeda dan tingkat emosional yang masih labil karena anak-anak masih beranjak remaja. Saya belajar bersabar dan memahami keadaan dan kebutuhan murid. Selain mengajar IPA, saya juga pernah menjadi wakil kepala sekolah selama 5 tahun, menghadapi guru-guru juga merupakan hal yang menantang ketika kita harus merangkul dan mengajak berkolaborasi dalam pengembangan sekolah,” tuturnya saat dihubungi Waspada Online, Kamis (15/12).
Tentu selama mengajar dan diberi kesempatan untuk berkolaborasi dengan program dari Tanoto Foundation yakni pengajaran melalui konsep MIKIR. MIKIR merupakan unsur dari pembelajaran aktif yang dikenalkan oleh Tanoto Foundation kepada berbagai sekolah mitra Tanoto Foundation.
“MIKIR merupakan akronim dari mengalami, interaksi, komunikasi, dan refleksi. Pendekatan berusaha menjawab tantangan abad 21 dan mempraktiskan unsur 5M yang ada dalam kurtilas (Kurikulum 13). Pendekatan ini diharapkan memampukan peserta didik untuk lebih kreatif, mampu berkolaborasi dalam tim, dan kritis selama pembelajaran berlangsung,” ungkapnya.
Di mana inovasi dalam mengajar yang dilakukan adalah memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran dan memadukannya dengan media internet sebagai referensi.
“Saya lebih menekankan unsur MIKIR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi dan Refleksi) dalam pembelajaran saya, apalagi mata pelajaran IPA yang sangat dekat dengan alam sehingga murid lebih cepat memahami materi pelajaran,Kemudian saya juga memanfaatkan smartphone dalam pembelajaran, misalnya menggunakan kamera Handphone untuk mengamati objek ipa dalam hal ini sebagai alat tambahan untuk mikroskop, hp juga saya manfaatkan sebagai media, ketika saya mau membagikan materi dengan format video atau bahan digital lainnya. Dalam kelas saya juga memanfaatkan google classroom, quiziz, canva dan lain-lain sebagai media penyampaian materi pelajaran,” ungkapnya.
Sistem belajar yang diterapkan juga adalah flipped learning, di mana siswa terlebih dahulu belajar mandiri di rumah melalui google clasaroom, dengan membaca, menyimak materi yang saya bagikan baik format pdf, video dan slide yg ada di google classroom. Ketika sudah sampai di sekolah atau kelas hanya memperdalam dengan berdiskusi dan memberikan penguatan, umpan balik dan refleksi, sehingga unsur MIKIR pun akan terlaksana.
“Menurut saya belajar tidak hanya pada tersampainya materi pelajaran, tapi lebih dari itu, di mana pengalaman belajar atau proses belajar itu sendiri adalah hal yg terpenting, agar siswa mengalami dan dapat mencari solusi dari setiap masalah yang dihadapi merupakan tujuan belajar. Untuk itulah saya berusaha melakukan inovasi-inovasi walau sekecil apapun, namun berharap berdampak pada perkembangan kognitif dan psikomotorik mereka,” katanya.
Pembelajaran dengan menggunakan konsep MIKIR ini memang sangat membantu dalam proses belajar-mengajar. Guru diasah kemampuannya untuk menciptakan berbagai kegiatan kreatif dan inovatif, sementara peserta didik diajak untuk belajar bekerja dalam tim dan lebih kritis.
“Tentu, saya juga memiliki target dalam mengajar, saya berharap para siswa dapat berpikir kritis untuk menghadapi segala persoalan dalam pembelajaran, dan merasa bahwa belajar itu bukan beban tapi kebutuhan. Mereka mampu memanfaatkan gadget untuk belajar dan mengakses platform-platform pembelajaran yang jaman sekarang sangat mudah didapatkan,” katanya.
Ia juga menambahkan, sejak bergabung dengan Tanoto Foundation, banyak pengalaman yang didapatkan, terlebih program PINTAR, di mana lebih pendekatan pembelajaran aktif yang sangat bermanfaat dan mudah diterapkan.
“Sebelum saya bergabung menjadi fasilitator daerah, saya sudah mengikuti program PINTAR secara mandiri dan online, jadi setelah menjadi fasilitator, pengalaman saya semakin bertambah dengan adanya pelatihan-pelatihan dengan topik berbeda. Hal ini menjadikan kita semakin percaya diri dalam mengajar dan juga memfasilitasi guru-guru mitra di kabupaten saya. Setahun kemudian saya dipercayakan menjadi fasilitator nasional dan membersamai rekan-rekan fasda dari beberapa propinsi di Indonesia,” tambahnya.
“Hal ini juga semakin memotivasi untuk terus belajar dan aling berbagi dengan inovasi2 pembelajaran yang di luncurkan Tanoto Poundation. Dan menurut saya program Tanoto Poundation ini sangat dibutuhkan oleh guru-guru jaman sekarang, karena selain pembelajaran tatap muka, kita juga diajak untuk dapat belajar mandiri melalui LMS. Hal ini sangat membantu kita dalam mengupgrade kompetensi demi pendidikan yang lebih baik,” tandasnya. (wol/eko/d2)
Discussion about this post