Waspada.co.id – Pemerintah Indonesia telah mengusulkan Reog Ponorogo menjadi warisan budaya tak benda (WBtB) kepada UNESCO.
UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) atau Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah badan PBB yang bergerak di sektor pendidikan, sains, dan budaya.
Reog Ponorogo sebagai kesenian tradisional Indonesia pun diusulkan ke UNESCO agar seni pertunjukan tradisional ini tetap lestari dan diakui dunia, teman-teman.
Pernahkah teman-teman menyaksikan seni pertunjukan tradisional Reog Ponorogo? Yuk, cari tahu legenda serta sejarah perkembangan kesenian Reog Ponorogo berikut ini!
Asal Reog Ponorogo
Sesuai namanya, Reog Ponorogo merupakan kebudayaan yang berasal dari Ponorogo, Jawa Timur. Reog Ponorogo adalah seni tradisional yang dikenal oleh masyarakat Ponorogo sebagai Barongan.
Tarian ini menampilkan sosok topeng macan berhias bulu merak dengan ukuran yang sangat besar.
Topeng tersebut dikenakan oleh penari dengan gerakan meliuk-liuk.
Pertunjukan tarian Reog Ponorogo sering ditampilkan di berbagai acara, seperti pernikahan, perayaan hari jadi, dan festival kesenian.
Legenda Reog Ponorogo: Kisah Kelana Sewandana
Tarian Reog Ponorogo tidak lepas dari legenda Kelana Sewandana yang merupakan Raja Bantarangin.
Dahulu, Kelana Sewandana hendak mempersunting Dewi Sanggalangit yang merupakan putri raja di Kediri.
Meski begitu, Kelana Sewandana harus mengalahkan Singo Barong yang berada di Alas Roban sebagai syarat agar bisa mempersunting Dewi Sanggalangit.
Singo Barong diceritakan sebagai wujud manusia yang menyerupai singa dan berwatak jahat.
Singo Barong dikisahkan memiliki burung merak yang selalu bertengger di kepalanya untuk memakan kutu di rambut Singo Barong.
Pertarungan tersebut sempat dimenangkan oleh singo barong yang berhasil mengalahkan pasukan kuda Kelana Sewandana.
Karena Pecut Saman, Kepala Singo Barong menyatu dengan kepala burung Merak. Kemudian, Singo Barong pun tunduk kepada Kelana Sewandana.
Kemenangan Kelana Sewandana dirayakan pada pagelaran pesta pernikahannya dengan Dewi Sanggalangit.
Di acara pernikahan tersebut, terdapat Singo Barong yang kepalanya menyatu dengan burung merak sebagai persembahan pada Raja Bantarangin. Wujud Singo Barong itulah yang tampak dalam topeng Reog Ponorogo saat ini.
Sejarah Reog Ponorogo
Legenda di atas merupakan cerita rakyat turun temurun.
Dari sisi ilmiah sejarah, para arkeolog mencatat bahwa Reog Ponorogo sudah ada sejak zaman Kerajaan Kediri, teman-teman.
Hal ini dibuktikan dengan catatan di prasasti peninggalan Kerajaan Kanjuruhan pada 760 Masehi.
Tak hanya itu, kesenian Reog Ponorogo juga tertulis dalam prasasti Kerajaan Kediri pada 1045 Masehi.
Ternyata, Reog Ponorogo ini adalah kesenian yang usianya sudah sangat tua, ya, teman-teman.
Klaim Malaysia Soal Reog (Barongan)
Dikabarkan, Malaysia berencana akan klaim Reog menjadi warisan budayanya ke UNESCO. Adapun wacana tersebut disampaikan oleh Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Efendi, baru-baru ini.
Dia mengatakan bahwa Malaysia berencana ingin mengajukan Reog Ponorogo sebagai warisan budaya mereka.
Menko PMK juga mengatakan bahwa Indonesia harus lebih dulu mengusulkan Reog Ponorogo ke UNESCO.
Rencananya, Malaysia akan mendaftarkan kesenian Reog Ponorogo ini dengan nama “Barongan” ke UNESCO.
Sebelumnya, Reog Ponorogo masuk nominasi tunggal Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural Heritagen/ICH).
Setelah sebelumnya tercatat sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia oleh Mendikbud RI pada 2013.
Upaya klaim Malaysia soal Reog tersebut sontak mendapatkan reaksi keras dari masyarakat Indonesia.
Melalui kolom komentar unggahan akun Instagram fakta.indo yang menampilkan kabar Malaysia akan klaim Reog ke UNESCO, publik geram lantaran negeri tetangga itu kembali akan mengklaim warisan budaya Indonesia. (bobo/pel/d2)
BACA JUGA: Reog Ponorogo Mau Dirampas Malaysia, Rakyat Indonesia Murka!
Discussion about this post